Kamis, 05 Agustus 2010

PRODUKSI SUSU SEHAT, BERGIZI DAN BERCITARASA

Kebutuhan susu segar yang SEHAT, BERGIZI dan mempunyai CITARASA yang enak disambut oleh Lemboe Pasang Dairy Farm. Susu segar dengan kriteria tersebut hanya bisa diproduksi oleh sapi yang SEHAT dan mendapatkan PAKAN yang berkualitas serta dipelihara dalam lingkungan yang BERSIH.
Sapi yang sehat artinya sapi tidak sakit apalagi sakit yang dapat menular pada manusia. Untuk mencegah penyakit tersebut, farm kita melakukan seleksi yang ketat, artinya semua sapi yang masuk farm harus bebas penyakit. Selanjutnya penyakit yang disebabkan oleh kesalahan menejemen dan dapat mempengaruhi langsung terhadap kualitas susu adalah penyakit mastitis (infeksi putting). Untuk mengantisipasinya pemerahan dilakukan dengan mesin yang bersih serta berupaya selalu menjaga kebersihan sapi khususnya bagian ambing.
Susu merupakan suatu substansi yang diekskresikan oleh kelenjar susu pada saat sapi dalam kondisi laktasi (setelah melahirkan). Bahan-bahan penyusun susu berasal dari darah yang merupakan hasil penyerapan pakan yang dikonsumsi ternak. Pakan yang berkualitas baik dan dikonsumsi oleh ternak yang sehat dengan genetic yang baik pula akan menghasilkan produksi susu yang tinggi. Oleh karena itu untuk daerah tropis, produksi susu rata-rata di atas 15 liter merupakan indicator dari produksi susu dari sapi sehat yang diberi pakan cukup baik dari aspek kualitas maupun kuantitas.
Mengingat bahan baku susu berasal dari pakan yang dikonsumsi ternak, maka citarasa susu sangat ditentukan oleh kualitas dari pakan itu sendiri.
Lemboe Pasang merupakan peternakan sapi perah yang salah satu tujuannya menghasilkan susu SEHAT, BERGIZI dengan CITARASA tinggi, maka aspek seleksi ternak, kesehatan veteriner dan asupan gizi ternak sangat diperhatikan. Rata-rata puncak produksi sapi yang kita kelola mampu mencapai 30 liter/hari dengan rata-rata produksi 18 liter/hari. Untuk menjaga kualitas susu agar tetap segar, maka susu hasil perahan sesegera mungkin ditampung dalam tangki pendingin dengan suhu 4oC. Selanjutnya susu diolah melalui pasteurisasi atau didistribusikan dalam kondisi dingin ke konsumen.
Produksi susu dari sapi di Farm Lemboe Pasang diprioritaskan untuk dikonsumsi dalam bentuk segar baik yang diolah berupa susu pasteurisasi maupun di masak sendiri oleh konsumen.
Mungkin bagi pembaca masih penasaran, maka saran kami coba rasakan susu Lemboe Pasang dan bedakan dengan yang lainnya. (Contact : Suryanto, phone 0811326980)

Selasa, 03 Agustus 2010

Menengok Perjalanan Persusuan di Indonesia

Susu merupakan salah satu bahan pakan yang sarat dengan gizi dalam kehidupan manusia, Untuk mendapatkan bahan pakan ini, manusia berusaha membudidayakan ternak yang mampu memproduksi susu agar kebutuhan akan gizi tersebut dapat dipasok setiap hari.
Salah satu jenis ternak yang mampu menghasilkan susu dalam jumlah yang banyak adalah sapi perah jenis Friesian Holstein (FH) dari Belanda. Keunggulan sapi ini sudah tidak disangsikan lagi, sehingga hampir dibelahan dunia dijumpai jenis sapi ini yang bertujuan untuk menghasilkan susu.
Di Indonesia, sapi ini sudah tidak asing lagi karena negara kita pernah dijajah oleh Belanda dalam waktu yang sangat lama. Salah satu dampak dari akitifitas penjajahan ini yaitu terdapatnya sapi perah peninggalan Belanda khususnya di daerah-daerah sejuk wilayah pegunungan di P Jawa. Keberadaan Sapi Perah FH saat itu untuk memenuhi kebutuhan gizi penjajah agar setap hari mendapatkan susu yang masih segar dan kontinyu namun ada yang pentng lagi yaitu MURAH harganya..
Sapi dipelihara oleh pribumi dengan pengawasan menejemen pemeliharaan oleh Belanda. Pribumi dilarang minum susu karena kalau minum susu dapat menyebabkan diarhe. Dengan tidak mengenalnya rasa susu dan ketidak tahuan akan manfaat susu maka peternak pribumi percaya dan bahkan sampai saat sekarangpun jarang dijumpai peternak dan keluarganya minum susu. Bahkan anak-anak balita yang seharusnya mendapatkan asuan gizi untuk masa depan mereka telah dilupakan. Kasus ini adalah sekelumit tentang dampak negatif dari peninggalan Belanda.
Dampak positi dari peninggalan Belanda adalah terwariskannya menejemen pemeliharaan sapi sampai tingkat kebersihan/penanganan susu. Peternak tahu bahwa pakan sapi perah untuk menghasilkan susu tidak dapathanya bertumpuh pada hijauan saja tetapi harus ditambah pakan tambahan yang biasa disebut konsentrat. Peternak juga tahu bahwa susu harus segera ditangani agar tidak rusak, tetapi penanganan susu hanya terbatas dengan kecepatan pengiriman susu ke konsumen. Kebiasaan inilah sebagian dari aset yang sudah dimiliki oleh peternak kita.
Sapi perah peninggalan belanda tersebut disebut dengan sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH), disebut peranakan karena mungkin sudah terjadi perkawinan silang dengan sapi-sapi local, sehingga performance produksinya sudah mulai menurun.

Perbaikan kualitas bibit sapi perah mulai dirasakan pada tahun 70-an melalui program pemerintah yaitu Panca Usaha Sapi Perah (PUSP) dengan mendatangkan sapi perah dari Australia dan New Zealand. Selanjutnya pada tahun 80-an juga sempat didatangkan sapi perah dari Amerika. Upaya ini terus dilakukan sampai sekarang melalui pola-pola kredit dengan berbagai nama. Melihat situasi yang seperti ini ditunjang dengan perkawinan sapi perah lebih dari 90% menggunakan Inseminsi Buatan (IB), maka sapi perah yang ada di Indonesia mempunyai potensi genetic yang cukup baik. Potensi ini akan muncul bila lingkungan sangat mendukung seperti pakan, agroklimat dan menejemen yang memadai.